strategi belajar ternak bebek bandung |
BANDUNG - Banyaknya permintaan bebek peking baik DOD maupun daging membuat usaha peternakan bebek peking semakin naik daun. Itulah yang membuat Ahmad Nurhadi yang akrab disapa Budi terjun ke dunia bebek dalam usia yang masih muda. Sejak tahun 2007 Budi mengawali usaha ternak pembesaran bebek peking dengan modal sekitar Rp 63 juta. Modal tersebut ia gunakan untuk pembuatan kandang, membeli pakan, membeli 1000 ekor DOD dan peralatan ternak. Menyoal prospek usahanya, dikatakan Budi cukup cerah, mengingat harga jual bebek peking yang tinggi dibanding ayam broiler, tahan penyakit, cepat panen, persentase kematian kecil dan keuntungan yang didapat cukup besar.
"Sejauh ini banyak perusahaan besar yang tadinya memproduksi ayam justru mulai mengembangkan sayap ke bebek. Jadi meskipun pasar terbuka lebar tetap saja membuat persaingan dengan para peternak kecil (perorangan) cukup ketat. Sehingga banyak dari pelaku usaha ini menggunakan sistem plasma atau kemitraan guna menyaingi perusahaan besar," papar Budi. Berbeda dengan peternak biasanya yang baru bisa memanen bebek peking setelah umur 35-60 hari, Budi bisa memanen bebek pekingnya pada umur 32 hari saja. Pasalnya, ia menggunakan trik khusus agar bebeknya cepat besar dan tahan penyakit. Caranya, yakni memberikan pakan tiga kali sehari, dan pada malam hari bebek diberikan pakan yang lebih banyak.
“Karena pada malam hari udara lebih dingin sehingga makannya akan lebih banyak dan aktivitasnya lebih sedikit. Jadi banyak pakan yang diserap menjadi daging, tidak terbuang percuma energinya,” beber Budi. Nah, agar pasokan DOD bebek pekingnya terjamin, Budi juga menjalankan usaha DOD bebek peking. Untuk dapat menghasilkan DOD berkualitas, ia menggunakan indukan jantan yang umurnya minimal 1 tahun dan betina umurnya minimal 9 bulan. DOD yang diproduksi tidak hanya untuk memenuhi usaha pembesarannya, tetapi juga untuk dijual seharga Rp 8.500-12 ribu/ekor umur 1-3 hari.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar