Budhi memulai usaha bebek peking ini sejak tahun 2008 silam. Modal yang ia keluarkan sekitar Rp 50 juta untuk membeli DOD bebek peking langsung dari temannya di Medan (importir bibit unggas), untuk pembuatan kandang, pembelian pakan dan vitamin untuk indukan sebanyak 500 ekor sampai umur 8 bulan, dan sisanya untuk biaya transportasi dan lain-lain.
Budhi mengatakan, pasar usaha ini sangat terbuka luas karena masih sedikit sekali peternak maupun pembibit bebek peking di tengah tingginya permintaan daging bebek peking di pasar.
“DOD bibit peking lebih banyak dicari peternak bebek, karena waktu pemeliharaan lebih singkat yakni 40 hari dengan bobot 1,5 kg sedangkan bebek biasa perlu waktu 60 hari baru bisa dipanen dengan bobot yang sama. Selain itu, indukan betina bebek peking bisa menghasilkan 230-270 butir telur/tahun, padahal indukan betin bebek lain hanya menghasilkan 200 butir telur/tahun,” beber
Budhi. Kelebihan DOD bebek peking milik Budhi antara lain lebih tahan penyakit, tidak mudah stres karena berasal dari bibit unggulan Malaysia. “Perawatannya juga mudah seperti beternak bebek atau unggas lain,” ujarnya. Meski masih tergolong peternak pemula, namun permintaan DOD bebek peking Budhi tiap minggu sedikitnya mencapai 1.500 ekor. Dengan penjualan 1.000-1.500 ekor DOD bebek peking tiap minggunya, maka tiap bulan Budhi mampu mendapat omset sekitar Rp 40 juta dengan keuntungan 40%.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar